About Me

My photo
Asal: Kelecung City,Tegalmengkeb Square, Selemadeg Timur, Kab. Tabanan-Bali " Do the best and God will do the rest"

Saturday, March 1, 2008

CERPEN: DIRIKU, KINI DAN NANTI

Karya: D’Li@ (XI.P.1)

Siang itu matahari bersinar terik. Kulitku yang hitam tambah jadi hitam lagi. Sengatan matahari, rasa capek, dan segala hal yang nggak menyenangkan sudah jadi santapanku tiap hari. Maklumlah, aku hanya anak tukang cuci dan katanya ayahku telah lama meninggal sejak aku bayi.

Tiap hari aku ke sekolah jalan kaki. Aku juga sering kali menjadi objek cacian di sekolah. Terutama oleh Reva dan teman-temannya. Mereka selalu menganggap aku rendah. Aku hanya dianggap sampah yang tak berguna.

Pagi itu hujan turun dengan deras. Aku pergi ke sekolah dengan berlindung di bawah payung usang. Begitu sampai, Reva dan teman-temannya telah berdiri di teras sekolah.

Reva berkata,”Hei gelandangan, kamu habis ngemis di mana sih?”

“Apa kau bicara denganku nona kaya sombong?” jawabku ketus.

“Siapa lagi siswa di sekolah ini yang memaka pakaian lusuh dan sepatu bolong selaian kamu?!”

“Terserah apa katamu, aku sama sekali nggak peduli!” jawabku sambil menuju ruang kelas.

Reva adalah gadis tercantik di sekolah ini. Orang tuanya adalah pengusaha kaya. Tapi sayang, sifatnya begitu angkuh. Sungguh tidak sesuai dengan parasnya yang jelita. Hidupku dan hidupnya juga jauh berbeda, seperti langit dan bumi.

Tapi, aku jadi heran, bila diperhatikan ada sedikit kemiripan antara aku dan dia. Walau kulit kami berbeda warna, tapi matanya itu begitu mirip dengan mataku yang kulihat di cermin. Bukan hanya aku yang menyadarinya, teman-temanku juga berpikiran sama. Tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Mungkin ini hanya kebetulan.

ooo

Bel pulang sekolah berbunyi. Lega banget sudah bebas dari pelajaran Pak Suryo, guru paling killer di sekolah ini.

Saat tiba di gerbang sekolah, aku melihat Reva sedang ngobrol dengan beberapa pria yang memakai kacamata dan jaket hitam. Sepertinya mereka membicarakan hal yang serius. Pria-pria itu kemudian pergi setelah menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Reva.

Tak lama, sebuah mobil silver datang dan berhenti di depan gadis itu. Dia ayah Reva. Aku pernah ngobrol dengannya beberapa hari lalu. Tapi aku masih penasaran. Amplop apa yang diterima Reva tadi ya?

Dua minggu kemudian ....

Siang itu aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku akan ke rumah Sofie untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris. Ketika kami mengerjakannya, aku melihat sebuah surat kabar tergeletak di atas meja.

Artikel di halaman depan menarik perhatianku. Kemudian kuambil surat kabar itu. Aku sangat terkejut ketika membaca sebuah artikel di halaman berikutnya. Revina Hardianti, seoang siswa SMA ditangkap kemarin malam karena diduga terkait dengan sindikat pengedar narkoba.

Seketika pikiranku kalut ketika itu. Mengapa aku merasakan kesedihan dalam batinku? Padahal aku seharusnya merasa senang karena orang yang paling kubenci telah mendapat ganjarannya.

Aku akhirnya meninggalkan rumah Sofie dengan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Sesampainya di depan rumah, aku melihat sebuah mobil terparkir di sana. Mobil itu sudah tak asing lagi bagiku. Itu milik keluarga Reva. Tapi, untuk apa mereka datag ke rumahku?

Ibu menyambut kedatanganku dengan pelukan hangat. Tapi, wajah ibu tampak sangat sedih. Ibu memperkenalkan lelaki yang duduk di sampingnya. Sepengetahuanku ia adalah ayah Reva. Tetapi, setelah aku mendengar cerita dari ibu, berbagai rasa berkecamuk di benakku. Ini bagaikan mimpi. Seperti cerita di film. Ternyata ayah reva adalah ayahku juga. Revina Hardiani adalah nama asliku.

Selama ini ibu telah berbohong padaku. Ternyata ayahku belum meninggal. Mereka berpisah ketika aku baru berumur enam bulan dan sejak itu ibu mengganti namaku. Sungguh sulit dipercaya. Cewek sombong dan angkuh itu adalah kakak kandungku. Tapi, mengapa aku baru mengetahuinya ketika dia menghadapi masalah besar? Hidup ini memang susah di tebak. Hal yang mustahil bisa terjadi seketika. Hidupku hari ini, tentu berbeda dengan kisahku di masa depan. ***

No comments:

Who's The Visitor