Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan masalah yang sangat penting dan perlu kita pikirkan bersama untuk kedepannya. Kenaikan harga BBM ini dipicu dengan naiknya harga minyak di pasar Internasional. Hal ini menyangkut dengan nasib Bangsa
Maka dari itu,untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dari pihak rakyat, kini pemerintah tengah menggalakkan program “subsidi BBM”. alangkah baiknya, jika program ini ditujukan kepada seluruh warga
Mengapa masyarakat (perlu) menolak kenaikan BBM ?. Pertanyaan inilah yang perlu kita kaji. Berdasarkan pendpaat dari pada pakar perminyakan.
Pertama, sebagaimana terungkap dalam UU Minyak dan Gas No. 22/2001, penghapusan subsidi BBM sesungguhnya merupakan prakondisi bagi masuknya perusahaan - perusahaan multinasional pertambangan minyak dan gas asing ke dalam perbisnisan minyak di
Kedua, pemberian subsidi BBM samasekali tidak melenceng pada golongan mampu dan
Ketiga, subsidi BBM sama sekali tidak harus dijadikan kambing hitam penyebab deficit APBN. Volume subsidi BBM terhadap produk domestic bruto (PDB), kian meningkat dari tahun ke tahun, sebagaimana terungkap didalam edisi nota keuangan. Kemungkinan terbesar dari deficit APBN dipicu oleh sangat besarny volume pembocoran dan pemborosan APBN setiap tahunnya.
Keempat, harga minyak bumi di
Kelima, penghapusan subsidi BBM dipastikan akan memicu kebutuhan pokok dan biaya hidup rakyat lainnya. Apalagi ditambah dengan banyaknya angka kemiskinan dan pengangguran. Hal ini akan semakin menambah beban hidup rakyat
Berdasarkan data yang dikutip dari CNN bahwa, kenaikan harga minyak tidak hanya terjadi di tanah air, seluruh Negara pun mengalami hal serupa, termasuk didalamnya Negara adidaya, Amerika Serikat. Selain itu, harga BBM di Amsterdam (Belanda) adalah yang lebih mahal yaitu setara dengan Rp. 17.564/liter. Sementara, yang termurah adalah di Caraccas (
Meninjau Negara kita sebagai Negara pngimprt minyak, ekonomi
Sedangkan didalam APBN, harga minyak hanya diprediksikan sekitar $ 60 per barrel dengan kenaikan 33% mau tak mau akan berimbas ke
Perlu kita ketahui, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah RI yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan oleh Undang-undang. Dalam asumsi APBN, terdapat tujuh daftar perekonomian makro yang diantaranya adalah harga minyak per barell (US DOLLAR). Untuk dapat mengantisipasi kenaikan harga minyak, pemerintah
Kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 93 AS Dollar per barrel, di yakini tidak akan mengganggu APBN 2007. Menurut anggota Komisi VII DPR,
di samping itu, beliau juga beranggapan bahwa setidaknya penggunaan BBM bersubsidi diperuntukkan bagi transportasi umum, bukan untuk kendaraan pribadi. Kalaupun kendaraan pribadi yang menerima subsidi BBM, haruslah mereka yang dipergunakan sebagai transportasi umum, ojek misalnya. Hal ini belaiu tegaskan mengingat pentingnya dan utamanya kepentingan bersama.
Sementara itu, menurut pengamat perminyakan, Kurtabi mengatakan bahwa dengan melonjaknya harga minyak dunia yang saat ini telah menembus angka 93 AS Dollar per barel tentu saja akan mempengaruhi APBN. Tentu saja pendapat ini sangat bertolak belakang dari pendapat Suharso. Kurtubi juga menambahkan, “Jika saja harga minyak menembus kisaran 80 AS Dollar, maka itu sangat mengganggu APBN”. Selain itu, juga diprediksikan bahwa penggunaan BBM bersubsidi bagi PLN khususnya, akan senantiasa meningkat.
Selain itu, Kurtubi beranggapan bahwa konsumsi BBM bersubsidi dalam rumah tangga menurun jika konversi minyak tanah pemerintah berjalan lancar. Tapi, jika konversinya berjalan lambat, ya seperti saat ini. Tabung kurang …..!, kompor kurang ….!”.
Berbagai macam usaha telah banyak dikeluarkan oleh pemerintah Bangsa
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusguntoro menyatakan, “Konsep Pemberian Subsidi BBM ini tidaklah salah, melainkan sistem yang digunakan saat ini harus di renovasi. Salah satu opsi yang di kaji pemberian subsidi BBM secara langsung, tidak berupa harga seperti saat ini.; Meski beliau penerapan dengan cara itu lebih sulit”. Ongkos politik dan sosial lebih mahal butuh waktu pula untuknya “. katanya.
Saat ini konsumsi BBM mencapai 1 juta barel ekuivalen minyak per hari. 40% dari angka tersebut menggunakan harga pasar, sedangkan sisanya 60% masih di subsidi oleh pemerintah. Di samping itu, pemerintah tengah berusaha dengan menganggarkan subsidi minyak senilai Rp. 56 triliun tahun ini. Tapi, entah kenapa lonjakan minyak dunia telah melambungkan beban subsidi menjadi Rp. 91 triliun.
Selain itu, opsi lain yang tengah dikaji adalah pengurangan volume BBM bersubsidi misalnya premium dan minyak tanah. Bahan-bahan ini adalah penyumbang beban terbesar dalam subsidi BBM kuota perbandingan antara premium dengan minyak tanah adalah 17 : 10.
Menuntut Purnomo, pilihan yang tak mungkin dapat dilaksanakan pemerintah adalah dengan menaikkan harga BBM atau dengan menggabungkan antara menaikkan harga BBM dengan menurunkan volume BBM. “Yang paling penting, mungkin hanya opsi mengurangi pemakaian volume BBM.” ujarnya. Selain itu, beliau juga menambahkan, “Mengurangi volume BBM itu tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan dari masyarakat di zaman globalisasi seperti sekarang ini
Mungkin saja itulah sebabanya. “strategi yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah adalah dengan mengurangi volume premium dan minyak tanah yang kemudian diganti dengan energi alternatif lainnya yang lebih murah” ujarnya. Tak putus, beliau menyanggah bahwa langkah tersebut berarti ada pembatasan konsumsi BBM. “Kami masih mengkaji detail, bagaimana mengurangi subsidi BBM dengan tanpa menaikkan harga BBM”. tuturnya.
Saat ini pemerintah tengah melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji (LPG) guna mengurangi volume pemakaian minyak tanah bersubsidi. Sementara itu, untuk mengurangi volume premium. Beliau menuturkan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memperluas pemakaian bahan bakar khusus yang tidak disubsidi, contohnya Pertamax. Menurutnya, “Pemerintah perlu membahas rencana perluasan penggunaan bahan bakar khusus ini dengan PT. Pertamina (Persero). Selain itu, kemungkinan lain adalah menambah kadar oktan premium, misalkan saja premium dengan ron 90 (saat ini premium dengan ron 88).
Beliau juga menambahkan, “yang kami harus pastikan ke pertamina sekarang yakni, apakah dimungkinkan membuat gasoline (bensin) tanpa memakai ron 88, tapi dengan nilai oktan yang lebih tinggi untuk kendaraan pribadi misalnya”. rencana itu pun menurut Purnomo, Mustahil dapat dilaksanakan dalam waktu sekejap. Mengapa ? Karena pihak pertamina sendiri butuh waktu untuk memperoduksi premium dengan ron 90. ”Harus bertahap, Pertamina
Untuk itu, kita sebagai bangsa
INDETITAS PENULIS
NAMA :I GEDE EKA ADE FRAMA
TEMPAT /TANGGAL LAHIR :
KELAS :XII IPA
NAMA/ALAMAT SEKOLAH :SMA NEGRI 1 SELEMADEG
JL.GELOGOR BAJERA
SELEMADEG,TABANAN
GURU PENDAMPING :I MADE WARDITA,S.Pd
KEPALA SEKOLAH :Drs. I WAYAN GENDRA,MM
Hp PENULIS :081916431944
e-mail :deekaokoh@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment