About Me

My photo
Asal: Kelecung City,Tegalmengkeb Square, Selemadeg Timur, Kab. Tabanan-Bali " Do the best and God will do the rest"

Thursday, February 7, 2008

UPAYA PEMERINTAH RI ANTISIPASI MELAMBUNGNYA HARGA MINYAK DI PASAR INTERNASIONAL

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan masalah yang sangat penting dan perlu kita pikirkan bersama untuk kedepannya. Kenaikan harga BBM ini dipicu dengan naiknya harga minyak di pasar Internasional. Hal ini menyangkut dengan nasib Bangsa Indonesia, apalagi ditambah dengan banyaknya angka kemiskinan dan pengangguran yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan harga BBM akan semakin menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Khususnya untuk masyarakat yang golongan ekonominya menengah ke bawah.

Maka dari itu,untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dari pihak rakyat, kini pemerintah tengah menggalakkan program “subsidi BBM”. alangkah baiknya, jika program ini ditujukan kepada seluruh warga Indonesia, khususnya warga yang kurang mapan tingkat ekonominya. Namun, program ini sangat berpengaruh dengan APBN tahun 2007 serta APBN dari tahun ke tahun.

Mengapa masyarakat (perlu) menolak kenaikan BBM ?. Pertanyaan inilah yang perlu kita kaji. Berdasarkan pendpaat dari pada pakar perminyakan.

Pertama, sebagaimana terungkap dalam UU Minyak dan Gas No. 22/2001, penghapusan subsidi BBM sesungguhnya merupakan prakondisi bagi masuknya perusahaan - perusahaan multinasional pertambangan minyak dan gas asing ke dalam perbisnisan minyak di Indonesia.

Kedua, pemberian subsidi BBM samasekali tidak melenceng pada golongan mampu dan orang kaya, melainkan sistem perekonomian Indonesia-lah yang sudah terlanjur sangat timpang. Jangankan subsidi BBM, subsidi pendidikan ataupun subsidi kesehatan, keberadaan pemerintah pun sesungguhnya lebih banyak dinikmati oleh golongan mampu dan orang kaya.

Ketiga, subsidi BBM sama sekali tidak harus dijadikan kambing hitam penyebab deficit APBN. Volume subsidi BBM terhadap produk domestic bruto (PDB), kian meningkat dari tahun ke tahun, sebagaimana terungkap didalam edisi nota keuangan. Kemungkinan terbesar dari deficit APBN dipicu oleh sangat besarny volume pembocoran dan pemborosan APBN setiap tahunnya.

Keempat, harga minyak bumi di kancah Internasional sama sekali bukanlah alas an yang dapat dijadikan faktor utama penghapusan subsidi BBM. Sebab, akibat dari kejadian ini, pemerintah sebanrnya mendapat “rejeki nomplok”. Berdasarkan hasil dari suatu pengamatan, ternyata hasil ekspormigas Indonesia senantiasa lebih besar dari pengeluaran impor migas Indonesia setiap tahunnya.

Kelima, penghapusan subsidi BBM dipastikan akan memicu kebutuhan pokok dan biaya hidup rakyat lainnya. Apalagi ditambah dengan banyaknya angka kemiskinan dan pengangguran. Hal ini akan semakin menambah beban hidup rakyat Indonesia.

Berdasarkan data yang dikutip dari CNN bahwa, kenaikan harga minyak tidak hanya terjadi di tanah air, seluruh Negara pun mengalami hal serupa, termasuk didalamnya Negara adidaya, Amerika Serikat. Selain itu, harga BBM di Amsterdam (Belanda) adalah yang lebih mahal yaitu setara dengan Rp. 17.564/liter. Sementara, yang termurah adalah di Caraccas (Venezuela) yaitu setara dengan Rp. 325/liter. Untuk itu, masihkah anda bermimpi untuk mendapatkan harga bensin yang murah ?.

Meninjau Negara kita sebagai Negara pngimprt minyak, ekonomi Indonesia saat kini bak telur di ujung tanduk. Mengingat konflik di timur Tengah yang kian tak berujung. Dari ketegangan Turki-Irak serta pipa minyak Irak Selatan yang berulang kali di sabotase serta ditambah dengan ketegangan antara Syria - Israel - Lebanon.

Sedangkan didalam APBN, harga minyak hanya diprediksikan sekitar $ 60 per barrel dengan kenaikan 33% mau tak mau akan berimbas ke Indonesia. Kenaikan harga BBM sepertinya sudah pasti, tapi kapan ?. Mengingat pemilu tinggal 1,5 tahun lagi, pemerintahan SBY ntah akan menahan kenaikan BBM hingga pemilu atau tidak.

Perlu kita ketahui, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah RI yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan oleh Undang-undang. Dalam asumsi APBN, terdapat tujuh daftar perekonomian makro yang diantaranya adalah harga minyak per barell (US DOLLAR). Untuk dapat mengantisipasi kenaikan harga minyak, pemerintah Indonesia kini tengah mencanangkan program “Subsidi BBM”. Maka dari itu keterkaitan subsidi di BBM akan sangat berpengaruh bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, baik pusat ataupun daerah.

Kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 93 AS Dollar per barrel, di yakini tidak akan mengganggu APBN 2007. Menurut anggota Komisi VII DPR, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa angka 93 AS Dollar tak berpengaruh pada subsidi BBM dengan syarat, jumlah konsumsi BBM bersubsidi haruslah terkontrol. Ia juga menambahkan, “Sekalipun harga minyak menembus 100 AS Dollar, tak akan mempengaruhi APBN saat ini jika jumlah konsumsi BBM bersubsidi tidak meningkat”.

di samping itu, beliau juga beranggapan bahwa setidaknya penggunaan BBM bersubsidi diperuntukkan bagi transportasi umum, bukan untuk kendaraan pribadi. Kalaupun kendaraan pribadi yang menerima subsidi BBM, haruslah mereka yang dipergunakan sebagai transportasi umum, ojek misalnya. Hal ini belaiu tegaskan mengingat pentingnya dan utamanya kepentingan bersama.

Sementara itu, menurut pengamat perminyakan, Kurtabi mengatakan bahwa dengan melonjaknya harga minyak dunia yang saat ini telah menembus angka 93 AS Dollar per barel tentu saja akan mempengaruhi APBN. Tentu saja pendapat ini sangat bertolak belakang dari pendapat Suharso. Kurtubi juga menambahkan, “Jika saja harga minyak menembus kisaran 80 AS Dollar, maka itu sangat mengganggu APBN”. Selain itu, juga diprediksikan bahwa penggunaan BBM bersubsidi bagi PLN khususnya, akan senantiasa meningkat.

Selain itu, Kurtubi beranggapan bahwa konsumsi BBM bersubsidi dalam rumah tangga menurun jika konversi minyak tanah pemerintah berjalan lancar. Tapi, jika konversinya berjalan lambat, ya seperti saat ini. Tabung kurang …..!, kompor kurang ….!”. Susahkan untuk bisa menurunkan konsumsi BBM bersubsidi dalam rumah tangga “. keluhnya.

Berbagai macam usaha telah banyak dikeluarkan oleh pemerintah Bangsa Indonesia saat ini. Pemerintah menyiapkan mekanisme baru pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM) kepada rakyat Indonesia, khususnya untuk membahagiakan “rakyat cilik”. Ini dicanangkan oleh pemerintah sehubungan dengan melambungnya harga minyak mentah dunia yang mencapai angka diatas US $ 99 per barel.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusguntoro menyatakan, “Konsep Pemberian Subsidi BBM ini tidaklah salah, melainkan sistem yang digunakan saat ini harus di renovasi. Salah satu opsi yang di kaji pemberian subsidi BBM secara langsung, tidak berupa harga seperti saat ini.; Meski beliau penerapan dengan cara itu lebih sulit”. Ongkos politik dan sosial lebih mahal butuh waktu pula untuknya “. katanya.

Saat ini konsumsi BBM mencapai 1 juta barel ekuivalen minyak per hari. 40% dari angka tersebut menggunakan harga pasar, sedangkan sisanya 60% masih di subsidi oleh pemerintah. Di samping itu, pemerintah tengah berusaha dengan menganggarkan subsidi minyak senilai Rp. 56 triliun tahun ini. Tapi, entah kenapa lonjakan minyak dunia telah melambungkan beban subsidi menjadi Rp. 91 triliun.

Selain itu, opsi lain yang tengah dikaji adalah pengurangan volume BBM bersubsidi misalnya premium dan minyak tanah. Bahan-bahan ini adalah penyumbang beban terbesar dalam subsidi BBM kuota perbandingan antara premium dengan minyak tanah adalah 17 : 10.

Menuntut Purnomo, pilihan yang tak mungkin dapat dilaksanakan pemerintah adalah dengan menaikkan harga BBM atau dengan menggabungkan antara menaikkan harga BBM dengan menurunkan volume BBM. “Yang paling penting, mungkin hanya opsi mengurangi pemakaian volume BBM.” ujarnya. Selain itu, beliau juga menambahkan, “Mengurangi volume BBM itu tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan dari masyarakat di zaman globalisasi seperti sekarang ini

Mungkin saja itulah sebabanya. “strategi yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah adalah dengan mengurangi volume premium dan minyak tanah yang kemudian diganti dengan energi alternatif lainnya yang lebih murah” ujarnya. Tak putus, beliau menyanggah bahwa langkah tersebut berarti ada pembatasan konsumsi BBM. “Kami masih mengkaji detail, bagaimana mengurangi subsidi BBM dengan tanpa menaikkan harga BBM”. tuturnya.

Saat ini pemerintah tengah melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji (LPG) guna mengurangi volume pemakaian minyak tanah bersubsidi. Sementara itu, untuk mengurangi volume premium. Beliau menuturkan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memperluas pemakaian bahan bakar khusus yang tidak disubsidi, contohnya Pertamax. Menurutnya, “Pemerintah perlu membahas rencana perluasan penggunaan bahan bakar khusus ini dengan PT. Pertamina (Persero). Selain itu, kemungkinan lain adalah menambah kadar oktan premium, misalkan saja premium dengan ron 90 (saat ini premium dengan ron 88).

Beliau juga menambahkan, “yang kami harus pastikan ke pertamina sekarang yakni, apakah dimungkinkan membuat gasoline (bensin) tanpa memakai ron 88, tapi dengan nilai oktan yang lebih tinggi untuk kendaraan pribadi misalnya”. rencana itu pun menurut Purnomo, Mustahil dapat dilaksanakan dalam waktu sekejap. Mengapa ? Karena pihak pertamina sendiri butuh waktu untuk memperoduksi premium dengan ron 90. ”Harus bertahap, Pertamina kan tidak bisa sekaligus membuat premium dengan ron 90 dalam jangka waktu yang singkat. “ujarnya.

Untuk itu, kita sebagai bangsa Indonesia, patut mengacungi jempol dengan adanya usaha-usaha dari pemerintah kita untuk mengantisipasi melambungnya harga minyak di pasar Internasional. Maka dari itu, kini pemerintah tengah melaksanakan program BBM bersubsidi dan itupun perlu pemikiran serta pertimbangan - pertimbangan yang pasti guna mengutamakan kepentingan bersama.

INDETITAS PENULIS

NAMA :I GEDE EKA ADE FRAMA

TEMPAT /TANGGAL LAHIR :SURABAYA,13 APRIL 1990

KELAS :XII IPA

NAMA/ALAMAT SEKOLAH :SMA NEGRI 1 SELEMADEG

JL.GELOGOR BAJERA

SELEMADEG,TABANAN

GURU PENDAMPING :I MADE WARDITA,S.Pd

KEPALA SEKOLAH :Drs. I WAYAN GENDRA,MM

Hp PENULIS :081916431944

e-mail :deekaokoh@yahoo.co.id

No comments:

Who's The Visitor